Selasa, 20 Juni 2017

LOMBA BLOG UNIVERSITAS JAMBI ( F1C114010) " UJI AKTIVITAS SENYAWA EUSIDERIN I DARI SERBUK KAYU BULIAN DENGAN PELARUT n-HEKSANA SEBAGAI PENGENDALI LAYU FUSARIUM PADA TOMAT"



UJI AKTIVITAS EUSIDERIN I DARI SERBUK KAYU BULIAN DENGAN PELARUT
n-HEKSANA SEBAGAI PENGENDALI LAYU FUSARIUM PADA TOMAT

Penggunaan fungisida sintesis telah banyak pemanfaatannya terutama dalam bidang pertanian. Salah satu pemanfaatan fungisida sintesis adalah digunakan untuk mengendalikan penyakit layu fusarium pada tanaman tomat. Namun, bahan sintesis ini dapat berdampak sebagai bahan pencemar lingkungan bahkan dapat terakumulasi saat terkontaminasi langsung dengan tubuh melalui makanan.
Di Indonesia, petani tomat merupakan salah satu sumber akomodir bahan pangan. Namun, tidak jarang juga petani sering diresahkan oleh beberapa penyakit pada tanaman yang dapat mengganggu laju pertumbuhan tanaman yang selanjutnya dapat berdampak pada produksinya. Salah satu penyakit tanaman tomat yang merupakan masalah penting bagi petani adalah penyakit layu fusarium pada tomat. Penyakit layu fusarium pada tomat dapat terjadi pada semua umur tanaman dan disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici.  Menurut penelitian Harizon,dkk (2001), cendawan patogen Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici dapat dikendalikan dengan bahan biofungisida alami berupa senyawa Eusiderin I.
Kayu Bulian (E. zwagery) merupakan salah satu spesies tanaman kehutanan utama di Provinsi Jambi yang telah lama dimanfaatkan masyarakat Jambi sebagai bahan bangunan, mengingat daya tahan kayu ini terhadap rayap dan jamur pelapuk kayu sangat kuat (Afrida, 2002). Kayu bulian dominan mengandung senyawa Eusiderin I yang dapat dimanfaatkan sebagai solusi untuk mengatasi masalah penyakit pada pertanian tomat selama ini. Hasil penelitian terdahulu diketahui Eusiderin I menunjukan aktivitas anticendawan terhadap Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici secara in vitro, dengan menghasilkan presentase penghambatan secara berturut-turut 49.80 %, 36.55 % dan 24.47% pada konsentrasi 5, 4 dan 3 ppm (Harizon dan Muhaimin, 2004).
Selain itu, senyawa Eusiderin A yang juga terdapat pada kayu bulian dan cukup efektif untuk mengendalikan penyakit layu Fusarium pada tanaman tomat dengan konsentrasi 5 ppm dengan formulasi yang dikembangkan adalah EC (emulsifiable concentrate) menunjukan tingkat kerusakan tanaman tomat oleh patogen lain kecil dan produktivitas tanaman tomat lebih tinggi, (Muhaimin, dkk. 2015).
Hal ini menunjukan bahwa jenis senyawa Eusiderin dapat digunakan sebagai antifeedan dan antijamur juga sebagai pengendali penyakit layu Fusarium pada tanaman tomat. Pada Artikel ini, penulis melanjutkan pemanfaatan Eusiderin I (senyawa dominan) pada kayu bulian dengan memanfaatkan serbuk kayu bulian sebagai bahan baku sumber senyawa Eusiderin I. Serbuk kayu bulian, selama ini hanyalah sebagai limbah kayu yang belum memiliki nilai tambah bagi masyarakat.
Menurut penelitian Harizon (2009), pemanfaatan senyawa Eusiderin I dari kayu Bulian di isolasi dengan pelarut kloroform dan bahan pengemulsi berupa SDS (detergen). Pemilihan pelarut nonpolar didasarkan pada sifat senyawa Eusiderin yang lebih dominan nonpolar. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa pada konsentrasi terkecil yakni 3 ppm, senyawa Eusiderin I memiliki tingkat efikasi yang tinggi karena hanya satu tanaman tomat yang mati setiap perlakuan.
Pada artikel ini, penulis mengajukan suatu gagasan yaitu melanjutkan penelitian sebelumnya dengan memanfaatkan limbah serbuk kayu Bulian (E. zwagery) sebagai sumber senyawa Eusiderin I dengan pelarut n-heksana pada konsentrasi yang lebih rendah dari sebelumnya yakni 0.005 ppm, 0.1 ppm, 0.5 ppm, 1.0 ppm, 1.5 ppm dan 3 ppm. Pemilihan pelarut n-heksana didasarkan pada sifatnya yang juga bersifat nonpolar yang selanjutnya dapat dibandingkan dengan pelarut kloroform pada penelitian sebelumnya. Metode yang digunakan memiliki beberapa tahapan antara lain berupa pengembangan Formulasi senyawa Eusiderin dari kayu Bulian dengan pelarut n-heksana dan bahan pengelmusinya berupa SDS (detergen), dan Uji aktivitas sitotoksik Eusiderin I secara in vivo pada tanaman tomat. Hasil hipotesa menunjukan pada konsentrasi 0.05 ppm,senyawa Eusiderin belum memiliki aktivitas sebagai pengendali Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici. Pada konsentrasi 1.5 ppm menunjukan kemampuan Eusiderin I cukup tinggi. Semakin besar konsetrasi yang digunakan semakin besar juga sifat sitotoksik senyawa Eusiderin I sebagai pengendali penyakit layu Fusarium pada tanaman tomat.
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan dan gagasan –gagasan baru yang dipaparkan, diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah pertanian yang banyak disebabkan oleh jamur selama ini. Selain itu, hasil isolasi Senyawa Eusiderin I yang berasal dari serbuk kayu Bulian ( Tanaman Lokal Provinsi Jambi) dapat menjadi landasan untuk membuat Formulasi sintesis senyawa Eusiderin dengan skala yang lebih besar dan berfungsi sebagai biofungisida yang ramah lingkungan dan kesehatan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Afrida. 2014. Isolasi Senyawa Alkaloid dari Daun Bulian (Eusideroxylon zwagery
t.et B). Volume 6 : 02.
Afrida. 2002. Pemanfaatan Serbuk Kayu Bulian (Eusideroxylon zwager T. et B)
sebagai Insetiksida Hayati terhadap Penggerek Polong Kedelai, Etiella
zinckenella Treitschke. Laporan Hasil Penelitian Hibah Bersaing X Tahun
Anggaran 2002.
Harizon. 2009. Biofungisida Berbahan Aktif Eusiderin I untuk Pengendalian Layu
Fusarium Pada Tomat. Laporan Hasil Penelitian 2009.
Harizon, Syamsurizal dan Afrida. 2001. Eksplorasi Potensi Kimia Tanaman Bulian
 (Eusideroxylon zwagery). Laporan Penelitian DIKTI, Departemen Pendidikan
Nasional.
Harizon dan Muhaimin. 2004. Analisis Potensi Senyawa Eusiderin I, Senyawa B, C,
D  dan E dari  (Eusideroxylon zwagery) sebagai Fungisida Hayati. Laporan
Hasil Penelitian, DIKTI, Departemen Pendidikan Nasional.
Muhaimin, Harizon, Suryo Wiyono, dan Meity Suradji Sinaga. 2015. Efikasi
Formulasi Fungisida Eusiderin A dari Kayu Bulian (Eusideroxylon zwagery)
terhadap Penyakit Layu Tanaman Tomat. Prosiding Semirata 2015 ,
Universitas Tanjungpura.

Rabu, 10 Mei 2017

SINTESIS TOTAL (±) -EUSIDERIN K DAN (±) - EUSIDERIN J



SINTESIS TOTAL (±) -EUSIDERIN K DAN (±) - EUSIDERIN J

            Setelah kita mempelajari total sintesis Reserpine. Saat ini, kita akan melanjutkan membahas tentang sintesis Eusiderin. Apakah itu senyawa Eusiderin? Dan apa keunikannnya serta manfaatnya dalam kehidupan ? Sehingga, terjawab suatu pertanyaan tentang tujuan sintesis eusiderin dan alasan beberapa ahli kimia bersusah payah membuat senyawa tersebut dari bahan sintesis. Berikut adalah ulasan total sintesis Eusiderin dan manfaatnya dalam kehidupan. Semoga bermanfaat..Amin
            Eusiderin K dan Eusiderin J yang pertama kali di sintesis dari pirogalol, dengan prinsip penataan ulang reaksi Claisen dengan substitusi tiga atom C menghasilkan unit C 6- C3. Eusiderin K dan Eusiderin J pada gambar di bawah ini (Gambar. 1) merupakan dua neolignans isolated dari kulit dan kelopak Licaria chrysophylla. 1 Jenis produk alami yang mengandung cincin 1,4-benzodioxane memiliki bioaktifitas (sitotoksik), hepatoprotektif,  dan aktivitas biologis lainnya. Berikut merupakan structure dari kedua isomer eusiderin tersebut.

           
                       
            Sintesis Eusiderin secara mekanisme reaksinya, dapat di lihat pada skema berikut ini. Pada reaksi tersebut senyawa Pirogalol  dikonversi menjadi trimetil pirogalol ( 2). Penambahan dengan ZnCl 2 dan asam propionat memberikan structure fenol 2,6 dimethoxy ( 3) sebanyak  81%.  Senyawa 4, tersedia dalam hasil kuantitatif belakang dengan reaksi 3 dengan bromida alil, dengan prinsipreaksin penataan ulang “Claisen-Penataan ulang” dalam tabung tertutup sehingga terbentuk senyawa lima  ( 5) di> yield 99%. Senyawa 5 diperlakukan dengan PdCl2 dalam metanol untuk menghasilkan senyawa ( 6) yield 88%.
            Kemudian, Sintesis dari unit lain ( 9) juga mulai dari pirogalol, yang selektif dilindungi oleh (CH 3)2 SO4 dengan gugus pelindung antara lain adalah Na2B4O7. 10 H2O untuk membntuk senyawa 7 yang kemudian diubah menjadi senyawa ( 8) dan ( 9) dengan presentase kelimpahan yang tinggi.
Senyawa 6 dan 9 dikonversi menjadi ( ) -Eusiderin K sebagai campuran dari isomer (cis dan trans ca. 1: 7 oleh 1 HMR) 8 dengan oksida perak sebagai reagen pengoksidasi. Kemudian ( ) -Eusiderin K dilindungi oleh CH3  -Eusiderin J. Dalam reaksi ini, isomer cis dikonversi ke isomer trans secara eksklusif dalam kondisi basa.
Berikut  merupakan mekanisme reaksi yang terjadi.ss
           
Reaksi kondensasi Claisen adalah reaksi antara 2 ester atau bisa juga reaksi antara 1 ester dengan senyawa karbonil lainnya yang  terjadi karena adanya senyawa basa kuat sehingga terbentuknya  senyawa baru yang lebih besar.
Persyaratan yang diperlukan untuk terjadinya reaksi ini adalah
1.    Minimal salah satu dari senyawa yang bereaksi itu memiliki proton alfa yang bisa mengalami deprotonisadi untuk pembentukan anion enolat
2.    Basa yang digunakan digunakan adalah basa yang memiliki gugus alkyl yang sama dengan gugus alkil ester. Misalnya untuk mereaksikan etil asetat maka basa yang digunakan adalah natrium asetat.
3.    Alkoxy dari ester haruslah sebuah leaving group yang bagus. Metil dan etil  yang akan menghasilkan “leaving group” metoksi dan etoksi, adalah merupakan jenis alkoksi yang biasa digunakan.
Catatan : Senyawa ester yang hanya memiliki satu hidrogen alfa tidak bisa bereaksi menurut mekanisme kondensasi Claisen ini.

DAFTAR PUSTAKA
 Merlini, BL; Zanarotti, AJCSPerkin saya 1980, 775.
Yamauchi, S .; Taniguchi, E. Biosci. Biotech. Biochem. 1992, 50, 630.
Xiaobi Jing, Wenxin Gu, Pingyan Bie, Xinfeng Ren & Xinfu Pan. Sintesis Total (±) -Eusiderin K
Dan (±) - Eusiderin J. 2016. Jurnal komunikasi sintesis .


Minggu, 07 Mei 2017


THE TOTAL SYNTHESIS OF RESERPINE
Reserpine merupakan obat yang disebut rauwolfia alkaloid. Reserpine bekerja dengan cara mengurangi jumlah zat kimia tertentu dalam otak (misalnya norepinephrine dan serotonin), yang mana membantu merendahkan tekanan darah dan mengurangi peradangan pada pasien yang memiliki masalah mental tertentu.
Pule Pandak (Rauwolfia serpentina Benth) langka. Akar Pule Pandak ini mengandung alkoloid reserpine yang berfungsi sebagai obat anti Hipertensi (tekanan darah tinggi) dan obat penenang. Akarnya mengandung tidak kurangdari 20 macam alkoloid dan total ekstrak dari akarnya berkhasiat sebagai obat hipertensi, aprodisiaka dan gangguan neuropsikiatrik. Akarnya hingga kini sering digunakan dalam pengobatan tradisional dan modern (Rosita, dkk, 1991). Kandungan alkoloid yang utama adalah reserpine (Bisset dan Soerohaldoko,1958). Kebutuhan bahan baku obat Pule Pandak untuk industri jamu danfarmasi semakin meningkat sementara laju pemanenan terjadi lebih cepat dari laju kemampuan alam untuk memulihkan populasinya. Nilai manfaat dan ekonomi yang tinggi akan tetapi tingkat kelangkaan yang semakin tinggi pula. Oleh sebab itulah perlu dilakukan suatu usaha untuk dapat mengurangi tekanan terhadap populasi Pule pandak di alam serta sekaligus memenuhi permintaan bahan baku obat yang berasal dari pule pandak. Berikut adalah gambar tanaman dari Rauwolfia sebagai sumber senyawa obat Hipertensi.

• Synthetic challenge of reserpine is posed by the D/E ring system of the  pentacylic nucleus
• Synthetic strategy necessitated the preparation of a functionalized  hydroisoquinoline derivative that could then be modified to provide the D/E ring system



            Salah satu langkah  reaksi sintesa total  Reserpine adalah sintesa  (±) Reserpine Total Synthesis – Part 1. Pada tahap pertama ini, senyawa tak jenuh alkuna ( yang memiliki gugus alcohol) atau dapat disebut turunan senyawa alcohol rangkap tiga (Propunol) mengalami pergantian gugus OH menjadi substituent OMOM. Hal ini dapat terjadi, karena adanya penambahan CH3OCH2, PhNEt2 dan CH2Cl2.  Setelah itu, pengubahan rangkap tiga menjadi senyawa alkena dengan penambahan gugus OH dapat terjadi karena adanya reaksi Diel-Alder. Pembentukkan senyawa 3, melibatkan reaksi dengan suatu logam yakni n-BuLi dan CH2OCH2 , lalu pengubahan gugus OH menjadi amin ( NHBn) oleh penambahan PbCH2NH. Sehingga, di dapatkan senyawa 4. Lalu, dengan 2-pyrone-6-carbonyl chloride di peroleh senyawa 5 yang gugus ester siklik dari 2-pyrone-6-carbonyl chloride. Akibat gugus amin, memiliki kereaktifan tinggi, maka mengalami siklisasi dengan penyerangan pada gugus karbonil. Sehingga, gugus alkena pada senyawa 5 tersebut dapat menstabilkan ikatan yang belum terbentuk dengan cara pemanasan (Re-Fluks). Sehingga, terjadi reaksi Thermolysis Xylene dan di dapatkan rektan senyawa 6, sebagai sumber pemmbentukkan reserpinen sebagai obat Hipertensi.
 Berikut merupakan mekanisme reaksi sintesa Reserpin secara lengkapnya. Melalui reaksi Diel-Alder dan pembentukkan siklik, sehingga di peroleh senyawa Reserpine sebagai antihipertensi. 






DAFTAR PUSTAKA
Akhtar, H. 2002. Rauvolfia serpentina. Medicinal Plants and their Cultivation.
Banajata : (84-89).
Lestari, E.G. dan I. Mariska, 2001. Perbanyakan dan Penyimpanan Tanaman
Rauvolfia Serpentina Secara in Vitro. Buletin Plasma Nutfah. 7 (1) : 40-45.
Singh, K.D., A. Sahu, and B. Srivastava. 2004. Spectrophotometric determination of Rauwolfia
Alkaloid; Estimation of Reserpin in Pharmacenticals. Analytical Science The Japan Society for Anatical Chemistry. 20: 571-573.

Selasa, 02 Mei 2017

“The Synthesis Nakiterpiosen and Study of Sulfanilamide Analogue from Natural Substances Papaverine Alkaloid ”




“The Synthesis Study of Sulfanilamide Analogue
from Natural Substances Papaverine Alkaloid and Nakirterpoisen”

            Setelah kita mempelajari The total sintesis, The Art Sintesis dan Sintesis Mitomycin, maka selanjutnya kita akan mempelajari Synthesis Natural Product. Salah satu sintesa natural product, adalah sintesa Sulfanilamide. Sulfanilamide merupakan obat antimikroba turunan para-aminobenzen sulfonamida yang digunakan secara sistemik untuk mengobati dan mencegah beberapa penyakit infeksi (Tjay & Rahardja 2002, Rahardjo et al. 2006).  Gambar 1. adalah struktur analog sulfanilamid yang pertama kali beredar di pasaran.
Gambar 1. Struktur analog sulfanilamide
            Antibiotik analog sulfanilamid selain dipergunakan pada manusia juga banyak dipergunakan pada bidang peternakan ayam. Dari sekian banyak antibiotik, peternak tentu sudah tidak asing lagi dengan antibiotik analog sulfanilamid seperti Sulfanilamiddimidin dan Sulfaquinoxalin.
Antibiotik analog sulfanilamid tentu mempunyai keunggulan dan kelemahan. Keunggulannya antara lain : harganya relatif murah, stabil, dan spektrumnya luas. Sedangkan kelemahannya : konsentrasi tinggi dalam darah menyebabkan kristalisasi terutama pada ginjal sehingga disarankan dosisnya tidak berlebihan, sering terjadi efek sampingan pada analog sulfanilamid yang molekulnya sederhana (Bulletin 2006, Sudarma & Mulyanto 2006). Rancangan untuk mensintesa analog sulfanilamid dari alkaloid Papaverine dijabarkan pada Gambar 2.
Pada gambar 2 tersebut dapat di lihat bahwa terjadinya reaksi sulfonasi alkaloid Papaverine, dengan reagen (ClO2S-OH) dan pelepasan NH3  sehingga di peroleh senyawa analog sulfanilamid. Analog sulfanilamid kemungkinan dapat dibuat secara sintetis di laboratorium dari senyawa bahan alam alkaloid papaverine. Secara teoritis kemungkinan untuk membuat analog sulfanilamid dari Papaverine sangatlah layak, namun hal ini perlu dikaji melalui sintesa di laboratorium. Reaksi pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan sulfonasi terhadap papaverine (Sudarma 2007). Sulfonasi merupakan reaksi substitusi elektrofilik, dimana terjadi pembentukan gugus –SO3H, -SO2Cl dalam molekulnya. Pereaksi sulfonasi dapat berupa oleum, asam sulfat pekat dan asam chlorosulfonat. Reaksi sulfonasi merupakan reaksi dapat balik, dapat terbentuk produk ataupun kembali ke reaktannya tergantung pada kondis oleh i reaksi.

Gambar 3 merupakan reaksi awal yakni reaksi sulfonasi oleh HOSO2Cl.
Konversi papaverine sulfonyl chlorida menjadi analog sulfanilamid dengan ammoniak tidak menunjukkan adanya reaksi, justru reaksi pembentukan senyawa yang terjadi, hal ini didukung oleh data FT-IR (Gambar 2) yang cendrung mengarah ke pembentukan papaverine sulfonyl hydroksida. Terbentuknya senyawa secara teoritis sangat mungkin terjadi karena pereaksi amoniak yang dipergunakan adalah aqueous amoniak yang secara tidak langsung melibatkan air dalam reaksi tersebut. Keberadaan air pada reaktan mungkin lebih reaktif dibandingkan dengan NH3 sehingga air terlebih dahulu bereaksi dengan gugus sulfonyl chlorida dibandingkan dengan NH3.

Pada Gambar 5. terdapat serapan yang signifikan atau tajam pada 1153,4 dan 1265,2 Cm-1 biasanya terjadi sebagai akibat vibrasi dari gugus fungsi sulfonyl chloride, –SO2Cl. Adanya atom chlorine akan meningkatkan frequensi ini dibandingkan dengan sulfone, hal ini disebabkan karena keelektronegativan atom chlorine yang cukup besar (Silverstein et al. 1981).

            Selain Sintesa Sulfanilamid, sintesis natural product yang lain juga dapat dikaji dengan analisis sintesa Narkiterpiosen, atau sintesis of the Elektrofilik kopling senyawa 51. Mekanisme yang terjadi adalah sebagai berikut.



               Sintesis komponen kopling elektrofilik (51) dimulai dengan a Asilasi Friedel-Craft dari furan dengan anhidrida suksinat (Skema 2.4) [37]. Asam yang dihasilkan diubah menjadi amida Weinreb (53). Pengurangan Noyori [38] dengan modifikasi Xiao [39] kemudian digunakan untuk mengatur stereokimia C-6, Affording 54. Sebuah reaksi Grignard kemudian memberikan enone (55). Intramolekul berikutnya Reaksi Diels-Alder berjalan dengan kontrol stereokimia yang baik [40].
               Produk exo secara eksklusif. Kelompok hidroksil C-6 sterik yang padat Kemudian diaktivasi dengan kelompok aril sulfonat yang tidak memiliki elektron kekurangan untuk menghasilkan 56. Untuk menghindari reaksi retro-Diels-Alder, 56 dihidroksilasi sebelum Pengenalan atom bromin (57). Penghapusan kelompok acetonide diikuti oleh Pembelahan diol menghasilkan bis-hemiacetal. Pengurangan selektif dari yang kurang Kelompok hemiacetal memberi 58. Sisa hemiacetal yang tersisa terlindungi, dan Keton diubah menjadi enol triflate, sehingga menyimpulkan sintesis dari Komponen kopling elektrofilik 51.
Sintesis Analisis nakiterpiosin dapat di kaji dengan analisis sintesa Elektrofilik kopling pada pembentukkan senyawa 51 ( seperti pada gambar di atas). Reaksi tersebut terbentuk oleh reaksi alkilasi Friedel-Craf  oleh cincin furan dengan anhidrida succinic. Reaksi tersebut mengalami reaksi reduksi oleh Ru-(s,s)- TsDPEN dan dalam suasana HCOONA dan H2O. Sehingga terjadinya perubahan ikatan rangkap (keton) menjadi alkohol stereokimia S. Kemudian , terbentuknya ikatan antara atom S dan atom O. Lalu, pemutusan pada ikatan rangkap S=O , sehingga di dapatkan senyawa 57 yang memiliki substiten Br( Halogen) dan dua siklik benzena. Lalu, terjadinya siklisasi dan pengikatan TESO. Sehingga , diperoleh senyawa 51.

DAFTAR PUSTAKA
Andrea EH. 1989. Sulfonation of Polystyrene, J. Chem. Educ. 66: 613-614.
Bulletin CP. 2006. Plus – Minus Antibiotik Sulfa, CP-Bulletin Service, No. 75/Tahun VII,

ed. Maret 2006.
Handayani DS. 2002. Sulfonasi dan Polimerisasi Eugenol, Alchemy, Jurnal Penelitian Kimia. 1:21.
Miller & Neuzil. 1980. Modern Experimental Organic Chemistry, D.C.Heath and Company,
Lexington, Massachusetts. Toronto.
Rahardjo SB, Wahyuningsih S, Damayanti RN. 2006. Sintesis dan Karakterisasi Kompleks Triaquatrsulfanilamidnikel(II)sulfat-3hidrat. Alchemy, Jurnal Penelitian Kimia. 5(1):.
Silverstein RM, Bassler GC, Morrill TC. 1981. Spectrometric Identification of
Organic Compounds, 4th ed., John Wiley and Sons, New York.
37. Chen L (2004) Yin B-l, Xu H-h, Chiu M-h, Wu Y-l. Chin J Chem 22:92–99
38. (a) Hashiguchi S, Fujii A, Takehara J, Ikariya T, Noyori R (1995) J Am Chem
Soc 117:7562–7563; (b) Fujii A, Hashiguchi S, Uematsu N, Ikariya T,
Noyori R (1996) J Am Chem Soc 118:2521–2522
39.       (a) Wu X, Li X, Hems W, King F, Xiao J (2004) Org Biomol Chem 2:1818–
1821;
(b) Wu X, Li X, King F, Xiao J (2005) Angew Chem Int Ed 44:3407–3411; (c) Ohkuma T, Utsumi N, Tsutsumi K, Murata K, Sandoval C, Noyori R (2006) J Am Chem Soc 128:8724–8725