UJI AKTIVITAS EUSIDERIN I DARI
SERBUK KAYU BULIAN DENGAN PELARUT
n-HEKSANA SEBAGAI PENGENDALI LAYU
FUSARIUM PADA TOMAT
Penggunaan
fungisida sintesis telah banyak pemanfaatannya terutama dalam bidang pertanian.
Salah satu pemanfaatan fungisida sintesis adalah digunakan untuk mengendalikan
penyakit layu fusarium pada tanaman tomat. Namun, bahan sintesis ini dapat
berdampak sebagai bahan pencemar lingkungan bahkan dapat terakumulasi saat
terkontaminasi langsung dengan tubuh melalui makanan.
Di
Indonesia, petani tomat merupakan salah satu sumber akomodir bahan pangan.
Namun, tidak jarang juga petani sering diresahkan oleh beberapa penyakit pada
tanaman yang dapat mengganggu laju pertumbuhan tanaman yang selanjutnya dapat
berdampak pada produksinya. Salah satu penyakit tanaman tomat yang merupakan
masalah penting bagi petani adalah penyakit layu fusarium pada tomat. Penyakit
layu fusarium pada tomat dapat terjadi pada semua umur tanaman dan disebabkan
oleh cendawan Fusarium oxysporum f.sp.
lycopersici. Menurut penelitian
Harizon,dkk (2001), cendawan patogen Fusarium
oxysporum f.sp. lycopersici dapat dikendalikan dengan bahan biofungisida
alami berupa senyawa Eusiderin I.
Kayu
Bulian (E. zwagery) merupakan salah
satu spesies tanaman kehutanan utama di Provinsi Jambi yang telah lama
dimanfaatkan masyarakat Jambi sebagai bahan bangunan, mengingat daya tahan kayu
ini terhadap rayap dan jamur pelapuk kayu sangat kuat (Afrida, 2002). Kayu
bulian dominan mengandung senyawa Eusiderin I yang dapat dimanfaatkan sebagai
solusi untuk mengatasi masalah penyakit pada pertanian tomat selama ini. Hasil
penelitian terdahulu diketahui Eusiderin I menunjukan aktivitas anticendawan
terhadap Fusarium oxysporum f.sp.
lycopersici secara in vitro,
dengan menghasilkan presentase penghambatan secara berturut-turut 49.80 %,
36.55 % dan 24.47% pada konsentrasi 5, 4 dan 3 ppm (Harizon dan Muhaimin,
2004).
Selain
itu, senyawa Eusiderin A yang juga terdapat pada kayu bulian dan cukup efektif
untuk mengendalikan penyakit layu Fusarium pada tanaman tomat dengan
konsentrasi 5 ppm dengan formulasi yang dikembangkan adalah EC (emulsifiable concentrate) menunjukan
tingkat kerusakan tanaman tomat oleh patogen lain kecil dan produktivitas
tanaman tomat lebih tinggi, (Muhaimin, dkk. 2015).
Hal
ini menunjukan bahwa jenis senyawa Eusiderin dapat digunakan sebagai antifeedan
dan antijamur juga sebagai pengendali penyakit layu Fusarium pada tanaman
tomat. Pada Artikel ini, penulis melanjutkan pemanfaatan Eusiderin I (senyawa
dominan) pada kayu bulian dengan memanfaatkan serbuk kayu bulian sebagai bahan
baku sumber senyawa Eusiderin I. Serbuk kayu bulian, selama ini hanyalah
sebagai limbah kayu yang belum memiliki nilai tambah bagi masyarakat.
Menurut
penelitian Harizon (2009), pemanfaatan senyawa Eusiderin I dari kayu Bulian di
isolasi dengan pelarut kloroform dan bahan pengemulsi berupa SDS (detergen).
Pemilihan pelarut nonpolar didasarkan pada sifat senyawa Eusiderin yang lebih
dominan nonpolar. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa pada konsentrasi
terkecil yakni 3 ppm, senyawa Eusiderin I memiliki tingkat efikasi yang tinggi
karena hanya satu tanaman tomat yang mati setiap perlakuan.
Pada
artikel ini, penulis mengajukan suatu gagasan yaitu melanjutkan penelitian
sebelumnya dengan memanfaatkan limbah serbuk kayu Bulian (E. zwagery) sebagai
sumber senyawa Eusiderin I dengan pelarut n-heksana
pada konsentrasi yang lebih rendah dari sebelumnya yakni 0.005 ppm, 0.1 ppm,
0.5 ppm, 1.0 ppm, 1.5 ppm dan 3 ppm. Pemilihan pelarut n-heksana didasarkan pada sifatnya yang juga bersifat nonpolar yang
selanjutnya dapat dibandingkan dengan pelarut kloroform pada penelitian
sebelumnya. Metode yang digunakan memiliki beberapa tahapan antara lain berupa
pengembangan Formulasi senyawa Eusiderin dari kayu Bulian dengan pelarut n-heksana dan bahan pengelmusinya berupa
SDS (detergen), dan Uji aktivitas sitotoksik Eusiderin I secara in vivo pada tanaman tomat. Hasil
hipotesa menunjukan pada konsentrasi 0.05 ppm,senyawa Eusiderin belum memiliki
aktivitas sebagai pengendali Fusarium
oxysporum f.sp. lycopersici. Pada konsentrasi 1.5 ppm menunjukan kemampuan
Eusiderin I cukup tinggi. Semakin besar konsetrasi yang digunakan semakin besar
juga sifat sitotoksik senyawa Eusiderin I sebagai pengendali penyakit layu
Fusarium pada tanaman tomat.
Dari
beberapa penelitian yang telah dilakukan dan gagasan –gagasan baru yang
dipaparkan, diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah pertanian
yang banyak disebabkan oleh jamur selama ini. Selain itu, hasil isolasi Senyawa
Eusiderin I yang berasal dari serbuk kayu Bulian ( Tanaman Lokal Provinsi
Jambi) dapat menjadi landasan untuk membuat Formulasi sintesis senyawa
Eusiderin dengan skala yang lebih besar dan berfungsi sebagai biofungisida yang
ramah lingkungan dan kesehatan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Afrida. 2014. Isolasi Senyawa Alkaloid dari Daun Bulian (Eusideroxylon zwagery
t.et B). Volume 6 : 02.
Afrida. 2002. Pemanfaatan Serbuk Kayu Bulian (Eusideroxylon
zwager T. et B)
sebagai Insetiksida Hayati terhadap Penggerek
Polong Kedelai, Etiella
zinckenella Treitschke. Laporan
Hasil Penelitian Hibah Bersaing X Tahun
Anggaran 2002.
Harizon. 2009. Biofungisida Berbahan Aktif Eusiderin
I untuk Pengendalian Layu
Fusarium Pada
Tomat. Laporan Hasil Penelitian 2009.
Harizon, Syamsurizal dan Afrida. 2001.
Eksplorasi Potensi Kimia Tanaman Bulian
(Eusideroxylon zwagery). Laporan
Penelitian DIKTI, Departemen Pendidikan
Nasional.
Harizon dan Muhaimin. 2004. Analisis Potensi Senyawa Eusiderin I,
Senyawa B, C,
D dan E
dari (Eusideroxylon zwagery) sebagai Fungisida Hayati. Laporan
Hasil
Penelitian, DIKTI, Departemen Pendidikan Nasional.
Muhaimin, Harizon, Suryo Wiyono, dan Meity Suradji
Sinaga.
2015. Efikasi
Formulasi Fungisida Eusiderin A dari Kayu Bulian (Eusideroxylon
zwagery)
terhadap Penyakit Layu Tanaman Tomat. Prosiding
Semirata 2015 ,
Universitas
Tanjungpura.